Nostalgia Angkot Hijau

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Hai gengs,  para penghuni jaman milenial,  udah ngapain aja kamu awal tahun ini? Melakukan aktivitas seperti biasa?  Atau ada yang luar biasa? Apapun itu pastinya tahun berjalan tanpa menunggu rencana kita. Berkenaan dengan jaman milenial dan kekinian,  pada kesempatan ini saya ingin berbagi cerita sekaligus bernostalgia tentang aktivitas dan rutinitas yang pernah saya lakukan pada masa dulu,  sebelum polesan modernisasi dan lonjakan teknologi milenium kental menyapa hari-hari.

Dua puluh tahu silam saya dapat kesempatan belajar di salah satu universitas ternama di provinsi Bengkulu.  Jarak dari rumah ke kampus yang terletak di ibukota provinsi lumayan jauh, kurang lebih 200 km yang tidak mungkin ditempuh pergi dan pulang setiap hari.  Jadi saya kost di salah satu pondokan di dekat kampus. 

Kegiatan pergi dan pulang dari rumah ke pondokan tempat kost biasanya saya lakukan enam bulan sekali dengan kendaraan umum.  Angkutan travel yang waktu itu cukup terkenal di kota saya adalah " Nusantara". Minibus nerwarna hijau berkapasitas empat belas orang ini melayani rute perjalanan ke provinsi setiap hari.  Untuk memastikan agar kita tetap kebagian jatah tempat duduk yang nyaman,  minibus ini harus dibooking dulu beberapa hari sebelumnya, sebab jika sudah penuh,  maka perjalanan kita akan didelay kehari berikutnya.


Rutinitas pergi dan pulang setiap enam bulan saya lakukan dengan riang gembira selama masa kuliah.  Banyak suka duka yang dialami selama menghuni minibus sepanjang perjalanan.  Mulai dari muntah-muntah akibat mabuk yang tak terelakkan,  dapet temen baru yang menyenangkan,  hingga harus berjuang menghadapi kepulan asap rokok dari penumpang sebelah yang tidak berperikemanusiaan.  Momen yang tidak semua orang bisa rasakan. 

Di ibukota provinsi,  pondokan tempat saya kost kebetulan tidak jauh dari kampus, jadi bisa ditempuh dengan berjalan kaki.  Tapi kalau mau ke pusat kota otomatis kendaraan umum jadi solusi utama sebab waktu itu yang punya sepeda motor hanya anak-anak sosialita saja.  Alat transportasi umum yang paling marak adalah angkot.


Saya ingat betul waktu itu,  angkot yang akrab saya naiki adalah angkot berwarna hijau bernomor kode B1 atau B2. Angkutan umum itu melayani trayek rute kawasan kampus saya menuju pusat kota dan sekitarnya.  Dalam satu hari saya bisa menumpang angkutan umum itu dua sampai tiga kali.  Mengenai sensasinya, wah jangan ditanya,  asyiknya awet kayak pake formalin.  He.. He.. Gimana enggak coba,  untuk bisa sampai ke tempat yang dituju saya bisa dapet pengalaman jalan-jalan keliling kota dulu secara gratis, mengikuti rute angkot yang kita tumpangi. Terkadang kita juga dapet bonus ngetem dulu menunggu penumpang hingga angkot penuh.

Rasa yang berkecamuk di dalam dada waktu itu sudah pasti campur-campur kayak sayur lodeh.  Kadang enak kadang enggak.  Kalau lagi santai,  nggak ada jam kuliah yang mendesak ya kita pasti enjoy aja,  sebab acara ngebolang bareng angkot saya lakukan bareng geng kesayangan.  Bahkan saking senangnya kita suka teriak-teriak kayak kondektur bantuin pak sopir nyari penumpang.  Hihi... Kegiatan keliling-keliling itu saya anggap bonus jalan-jalan aja.  Menyelusuri setiap lekuk kota hingga ke ruas nadi terdalamnya kan nggak mungkin kita lakukan dengan berjalan kaki dengan niat dan agenda yang terencana sesungguhnya.

Tapi itu jadi horor kalau pas ketemu sama waktu jam kuliah yang mepet pake banget, dapet dosen yang super duper disiplin sama waktu,  rasanya pingin pinjem baling-baling bambunya doraemon aja,  biar bisa cepet terbang sampe ke kelas tujuan.


Waktu itu sih kejadian horornya nggak sampe serem-serem banget seperti sekarang.  Sebagai sesama mahasiswa,  kita merasa nyaman-nyaman saja waktu duduk di bangku angkot tanpa harus merasa ketakutan akan kejadian horor seperti kejahatan atau pelecehan.  Hal itu terjadi mungkin karena rata-rata saya menumpang angkutan umum itu hanya pada siang hari aja.  Paling horornya harus menahan bau ketiak tetangga sebelah yang lupa pake doedorant sebelum pergi keluar rumah,  atau memencet hidung agar nggak terhirup asap rokok si mas ganteng yang cuek bebek. Tapi kehati-hatian memang harus dijaga ekstra banget supaya terhindar dari hal-hal yang nggak diinginkan.


Berikut ini saya mau berbagi tips biar aman dan nyaman naik angkutan umum.

1.  Jangan menggunakan aksesoris yang berlebihan yang bisa memancing selera penjahat untik melakukan aksinya.

2. Hormati hak orang lain, sesama penumpang angkutan umum dengan tidak melakukan hal-hal yang membuat orang lain merasa tidak nyaman,  seperti merokok, makan duren atau pun tidur siang.  (Ingat angkutan umum bukan kontrakan hihi.. )

3. Sediakan uang pas untuk membayar ongkos agar ketika saatnya kita turun tidak terlalu lama angkot berhenti untuk memberi uang kembalian,  apalagi sampe cuma modus biar digratisin ama pak sopir gara-gara nggak ada kembalian.  (Ingat,  pak sopir narik angkot itu cari duit bukan cari pahala)

4. Bagi para pemabuk (maksudnya orang yang suka mabuk dan muntah-muntah waktu naik mobil)  pastikan membawa kantong plastik,  minyak angin dan obat pereda mabuk sendiri agar tidak merepotkan orang disekitarnya.  (Ingat ya,  itu angkutan umum bukan toserba)

5. Dan yang terakhir jangan lupa berdoa untuk keselamatan hingga ke tempat tujuan.

Hmmm....  Segitu dulu kayaknya cerita saya tentang pengalaman naik kendaraan umum.  Buat kamu anak milenial yang belum sempat ngerasain naik angkutan umum, boleh deh dicobain sensasinya sekali-sekali.  Asyik lho,  bisa jadi cerita generasi dimasa depan.  Dan akhirnya gengs,  kisah ini saya tulis untuk menjawab tantangan #nulisserempak dari  #bloggerbengkulu.

Sampai jumpa dicerita berikutnya ya.

Salam manis penuh cinta.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Visit kita juga disini ya. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

COACHING DAN SUPERVISI AKADEMIK

SMPN 14 Bengkulu Selatan: Tentang Cinta dan Mimpi Indah

Mengawal Cinta Bidadari

Flash Blogging, Dari Sudut Istana, Menuju Indonesia Maju

Neti Suriana, Sosok Multi Talenta, Lulusan Pertanian, Pekerja Sosial dan Penulis Buku Populer.

Pantai Berkas, Arena Wisata Keluarga Ramah Balita